ASOSIASI EROTISME DALAM LAGU CAMPURSARI ‘CUCAK RAWA’
Abstract
Lagu campursari Cucakrawa sangat dekat di telinga masyarakat Jawa, karena lagu tersebut mudah dihafalkan dan memiliki nuansa musik yang membuat orang mudah berdendang. Namun demikian, dari segi bahasa di dalamnya, terdapat nuansa erotisme atau pornografi yang mudah dipahami oleh kalangan dewasa. Sebagian masyarakat yang paham dan kurang suka dengan lagu tersebut, mengatakan sebagai lagu yang “saru” karena berbau pornografi. Dalam tulisan ini ditunjukkan aspek bahasa dari tinjauan semantik dan semiotika, tentang makna asosiasi dan beberapa tanda yang mendukungnya. Beberapa tanda bahasa yang dijadikan media asosiasi terkait dengan konteks “seks” dapat ditunjukkan dengan jelas, dan sebenarnya sangat mudah dipahami oleh kalangan dewasa. Dalam analisis ditemukan beberapa tanda, seperti kata manuk ‘burung’, buntut ‘ekor’, digoyang ser aduh penakke ‘digoyang ser aduh nikmatnya’, dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan lagu campur sari yang lain, yang kebanyakan memberikan ajaran moral, lagu campursari Cucakrawa dapat dimasukkan dalam lagu hiburan yang kurang memberikan ajaran moral dan berbau “pornografi”.
Full Text:
PDFReferences
Aminuddin. 1985. Semantic Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
------------------. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa Bandung
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2011. Semantik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka
DOI: https://doi.org/10.26877/jisabda.v1i2.4749
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Ji_Sabda
JISABDA Indexed by:
Copyright of JISABDA 2715-7563 (media online) and 2715-6281 (media cetak)
JISABDA is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.